Minggu, 05 Februari 2012

Kitab Tawarikh dan Ezra Nehemia

Penulis Khronist dan Sejarah Israel
Menurut Kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia

I. Pendahuluan
Kitab Ezra-Nehemiah dan Kitab Tawarikh adalah beberapa kitab dalam kanon Ibrani, kitab-kitab ini dikenal sebagai kitab sejarah Khronist . Kitab-kitab ini dikenal sebagai kitab sejarah karena menceritakan kembali mengenai kisah sejarah Israel dan juga bahkan kisah-kisah penting dalam sejarah penciptaan dunia sampai kepada sejarah Ezra-Nehemiah. Untuk kitab Tawarikh, dinilai sangat menarik karena memiliki kesamaan kisah dengan seluruh kitab-kitab Pentateukh sedangkan kitab Ezra-Nehemiah dinilai merupakan kitab-kitab yang melanjutkan kisah dari kitab Tawarikh. Jadi terdapat esensi yang berkesinambungan antara kitab ini sehingga dalam pembahasannya sebaiknya tidak dipisahkan maupun dilepaskan. Hal ini tidaklah terlepas dari kesamaan penulis yang menuliskan kitab tersebut, maka sungguh diperlukan bagi kita untuk memahami secara kanonis bagaimana kitab ini dituliskan oleh Khronist tersebut.
II. Kanon
Secara kanon, kitab-kitab ini haruslah dilihat dalam satu kesatuan, Hal ini dikarenakan kesamaan penulis dalam kitab itu yaitu “Khronist”. Pandangan ini dibuat karena adanya kesamaan dari setiap kitab dari segi tulisannya, gaya bahasa dan juga kesinambungan kisah antara satu kitab dan kitab lain, serta topik yang berpusat pada Bait Suci dan kultus ibadah, hukum, serta masa kerajaan Daud. Hal ini dapat diperjelas dari segi isinya dimana penutup dari pada kitab Tawarikh ( II Taw 36:22-23) merupakan pembukaan dari kitab Ezra 1:1-3. Dari sini dapat dipastikan bahwa tepatlah urutan dari kitab ini, yang jelas bertentangan dengan urutan dalam Kanon Ibrani dimana letak Ezra-Nehemia diletakkan didepan kitab Tawarikh.
Masalah pengkanonan kitab-kitab ini menimbulkan banyak masalah dengan para Ahli. Setelah diteliti maka muncul 2 kondisi yang menyebabkan posisi tersebut diterima:
1. 1 dan 2 Tawarikh dipisahkan dari Ezra-Nehemia karena kitab yang terakhir diterima secara kanon lebih dahulu. Hal ini mungkin karena isi kitab Tawarikh sejajar dengan isi kitab Kejadian hingga Raja-raja, sedangkan Ezra-Nehemia menceritakan ulang tentang sejarah yang tidak tercatat dari kejadian-kejadian penting untuk masyarakat Yahudi. Karena kitab Tawarikh itu tidak dikenal sebagai kanon maka dalam kanon ia diletakkan didepan Ezra-Nehemia
2. Dalam kanonisasi, Kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia awalnya dalam satu kitab. Namun seperti dalam masalah Samuel dan Raja-raja, Septuaginta memisahkannya dalam 2 kitab; bukti pertama dari pembagian Ezra dan Nehemiah ditemukan dalam Origen, pada pertengahan abad ketiga lalu diterjemahkan kedalam bahasa Latin, dan dari 1448 dimasukkan dalam tulisan Ibrani dan dicetak.

a. Penulis
Penulis kitab-kitab ini dikenal dengan nama “Khronist”. Khronist ini dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok sejarawan yang menuliskan kembali kisah-kisah sejarah yang bersumber dari pada Priest. Namun demikian banyak perbedaan Khronist dari pada Priest. Khronist menilai bahwa Priest sebagai “Pemikir Kreatif”, sebab itulah Priest diterima secara jelas dan logis dalam sistem kebudayaan Yahudi, yang menampilkan presisi yang detail dan bentuk yang simetris, sedangkan Khronist kurang baik dalam pembentukan namun mereka pendekor yang rendah hati yang menambahkan kegunaannya dalam masa berikutnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penulis Khronist adalah murid dari penulis Priest.
Banyak kisah yang menarik dari penulis Khronist ini. Hal ini dapat kita lihat dari segi penulisan Khronist yang dekat dengan penulis Priest. Dalam metode penulisan Priest, bisa kita lihat bagaimana begitu kreatifnya dia menciptakan suatu konsep “Utopia” yang sangat jauh dari fakta yang sebenarnya. Kemudian tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam penulisanya misalnya Adam, Nuh, Abraham, Musa, Joshua, mereka bukan hanya sekedar karakter atau legenda tetapi hanya symbol saja dari sebuah tahap dalam penetapan Kerajaan Allah di dunia. Sedangkan penulis Khronist menuliskan dalam sejarah yang lebih kecil. Meskipun demikian Khronist mampu secara bebas untuk membuat lanjutan kisah dari terhadap tulisan Priest. Jadi kemiripan antara metode historis antara Khronist dan Priest tertanam dalam bentuk dan masalah subjek. Tentunya Khronist kurang keras dan struktur logis dari P secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan:

1. Khronist hanyalah menjadi pendukung dari hasil karya Priest.
2. Khronist bukanlah seorang filsuf seperti Priest.

Karya Khronist yang memperkuat bahwa ia adalah seorang sejarawan dapat dilihat dari penggunaan angka dalam mencatatkan sejarah peperangan yang dialami bangsa Israel. Misalnya dalam peperangan besar Abia: 400.000 orang dan 800.000 namun kemudian 500.000 orang mati (II Taw 13:3,17), tetapi demikian, validitas data yang dituliskan kitab Khronist masih dipertimbangkan keakuratannya, karena jika dibandingkan dengan dengan kitab Samuel dan Raja-raja, sering angkanya tidak lebih besar. Jadi bisa jadi muncul anggapan bahwa kesalahan mungkin terjadi pada waktu penyalinan angka, khususnya karena orang Ibrani menuliskan angka dengan menggunakan huruf-huruf abjad atau kemungkinan memang terjadi perbedaan dalam metode perhitungan. Maka jelaslah bahwa penulis Khronist tidaklah membuat tulisan dengan pemikiran teologis namun ia menyediakan kembali pemikiran tentang Tuhan yang telah ditemukan dalam kitab-kitab Pentateukh dan kemudian dalam beberapa Mazmur. Sebab itulah dikatakan bahwa kitab Tawarikh ini memiliki kesan teologis yang lebih baik karena ia merangkumkan pemikiran teologis dalam 1 kesatuan kitab yang memiliki kisah yang berkesinambungan dari kitab-kitab Pentateukh sebelumnya. Namun hal yang paling diketahui, Khronist adalah penulis pertama yang melengkapi seluruh Pentateukh terhadap tulisan Musa karena Khronist berbicara secara ekplisit tentang kitab Musa dan membuat jelas bahwa kitab ini bersumber P karena Taurat musa digambarkan secara Priest.
Pfeiffer juga menambahkan bahwa Khronist ini bukanlah sekelompok sejarahwan biasa yang menuliskan realitas setiap kisah, yang tidak diambil dari Samuel atau Raja-raja (kitab yang diyakini memiliki sumber fakta yang lebih akurat). Namun, Khronist ini dapat diklasifikasikan seperti penulis kitab Yunus, Ester, Tobit, Yudit atau sebagai yang bersifat “SEJARAH FIKSI”. Jadi adalah sebuah kekeliruan jika kita menganggap Khronist seperti penulis sejarah zaman sekarang yang mencatat data faktual.
Dalam bahasan diatas kita telah membahas mengenai Khronist untuk kitab Tawarikh, untuk kitab Ezra-Nehemia juga merupakan lanjutan kisah dari kitab Tawarikh dan dituliskan oleh Khronist. Kitab ini menghubungkan antara sejarah Yahudi selama berabad yang dijalani dari Edict Cyrus diikuti pembuangan dan kembalinya (538 BC) hingga kunjungan Nehemiah ke Yerusalem (432 BC). Namun, banyak pertimbangan para ahli yang muncul terhadap cerita Ezra yang menjadi bagian tersulit dari buku ini, karena bukan hanya masalah waktu tetapi juga masalah kepenulisannya dan kredibilitas. Namun demikian, Ezra sendiri adalah tokoh historis yang nyata. Tapi bukti yang ada meragukan karena berlawanan daengan kesimpulan yang telah dicapai. Demikianlah C.C. Torrey dapat menguatkan bahwa “Kisah Ezra adalah salah satu mahakarya Khronist,” dan “tapi tidak mempunyai dasar faktual”, sementara menurut W.F. Albright setuju dengan Torrey bahwa kisah ini Khronistlah penulisnya, maka ia menyimpulkan bahwa Ezra tidak hanya seorang Karakter Historis tetapi dia juga adalah Khronist sendiri dalam bentuk orang. Dapat kita pahami bahwa penulis Ezra-Nehemia benar adalah Ezra (meskipun tidak semua dalam Nehemia) tetapi ia juga termasuk dalam Khronist, artinya bahwa pernyataan tentang penulis Khronist juga tidak dapat dipersalahkan.
Pertanyaan kemudian, mengapa dalam kitab Ezra-Nehemia lebih terkesan dituliskan oleh Ezra? Memang untuk membahas soal ini kita perlu pahami bahwa kitab Ezra – Nehemia sebenarnya hasil dari karakteristik peredaksian Khronist. Hal ini dilihat dari sumber materi kitab , hasil tulisan mula-mula, pengaturan bab-bab dengan pola tipologi, dan penerapan penggenapan nubuatan yang membuktikan peran Khronist. Menurut Childs , Khronist sebenarnya berusaha untuk membuat susunan kitab Ezra – Nehemia ini sebagai bentuk kitab Tawarikh sebelumnya, namun ada intisari yang membuat berhentinya keselarasan kitab. Maka muncul alternatif, bahwa pentingnya peredaksian kemudian untuk mengedit yang ada atau malah melengkapi kesaksian Ezra – Nehemia terhadap isi sumber yang digunakan oleh Khronist. Namun, yang dikhawatirkan adalah efek special yang digambarkan dan analisisnya tidak bisa menyatu karena teori penulisan tersebut. Maka tujuan dari Khronist lebih mempertahankan integritas kesaksian Ezra dan Nehemia yang terpisah dari kitab Tawarikh. Jadi kesimpulannya menurut Childs terletak pada awal bentuknya bukan pada bentuk akhirnya. Maka pola penulisan dalam kitab Ezra – Nehemia seolah-olah Ezra sendirilah yang menuliskannya, namun secara mendalam kita pahami bahwa Khronist inilah yang menyusun tulisan tersebut agar tidak hilang kewibawaan kitab tersebut.

b. Tujuan Penulis
Banyak para ahli mempertimbangkan apa sebenarnya tujuan dari si Khronist dalam menuliskan kitab sejarahnya ini. Banyak kritik berasal dari asumsi bahwa penulis ini menutupi tujuan sebenaranya dengan beberapa memihak dengan sumber-sumber yang dipilihnya. Sebab itu bisa dikatakan bahwa tujuannya sangat rumit untuk mempermasalahkan pada Samaria, atau menawarkan “permohonan maaf terhadap Yudaisme” atau untuk mengesahkan beberapa bagian setelah pembuangan seperti imam-imam Lewi. Namun jika kita katakan bahwa tulisan Khronist ini hanya begitu saja, Childs justru melihat bahwa tulisan Khronist ini secara menyeluruh terbuka dan jujur. Khronist dalam tulisannya berusaha untuk menafsirkan bagaimana komunitas setelah pembuangan di Yerusalem sebagai sebuah janji kekal antara Allah dan Daud yang menginginkan adanya ketaatan Israel terhadah hukum Allah. Dengan latar belakang inilah, Khronist melihat dan menggambarkan berulangkali pengalaman yang diterima Israel ketika ia patuh kepada Allah maka mereka akan makmur dan berlimpah namun ketika mereka tidak taat, maka kehancuranlah yang akan diterima. Meskipun kehancuran sudah diterima oleh Israel namun Allah tetap mempertahankannya. Khronist memandang bahwa kehendak Allah telah dinubuatkan melalui penyataan.

c. Waktu dan Tempat Penulisan
Menurut catatan waktu dari pertimbangan hasil penulisan Khronist yang menyerupai Priest, maka dapat ditelaah secara mendalam dari data bahwa Khronist bekerja ditengah antara pekerjaan Ezra dan Nehemia . Nehemia aktif bekerja pada tahun 445-432 SM sedangkan Ezra bekerja dari tahun 398 BC, jadi kemungkinan Khronist bekerja yaitu pada pertengahan kedua abad keempat. Sejak Khronist melancarkan serangannya terhadap komunitas orang Samaria yang terjadi setelah tahun 350, kita harus catat bahwa penciptaan Sejarah ini lebih tepat pada periode sekitar tahun 300 SM dan jelas tempat penulisannya di Yerusalem.


III. Sejarah Israel
Dalam pembahasan sejarah Israel maka kita masih tetap akan memandangnya secara utuh dari satu kesatuan, karena kitab-kitab ini memiliki kesinambungan cerita satu dengan yang lain. Namun untuk lebih mudah memahami bagian mana yang menjadi cerita Tawarikh dan Ezra-Nehemia, ada baiknya kita klasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

A. Sejarah Israel menurut Kitab Tawarikh
Untuk memahaminya kita akan membagi kisah sejarah tersebut melalui beberapa bagian:
1. Kisah Adam hingga Daud (I Taw 1-9; Daftar Keturunan)
Dibagian awal kitab ini memaparkan tentang daftar keturunan dari Adam kemudian kepada Yakub (1:1-34), kemudian dilanjutkan dari kisah Esau dan raja Edom (1:35-54), lalu mengisahkan tentang Keturunan Yehuda:
a. 5 keturunan Yehuda (2:3-8)
b. Keturunan Hezron (nenek moyang Daud) (2:9-3:24)
- Kaleb, Yerahmeel,Caleb
-Daud : Anaknya (3:1-9), Raja Yehuda (3:10-16), 13 generasi dari Yoyakin (3:17-24)
c. Keturunan 5 anak Yehuda (4:1-23)
-Simeon, Ruben, Gad, Manasyeh Timur, Lewi (4:24-6:81)
d. Imam tinggi dari Aaron sampai Ahimaaz pada zaman Salomo (6:50-53)
e. Kota Para Imam, Anak-anak Salomo (6:54-60)
-Isakhar, Benjamin, Naftali, Manasseh, Efraim, Asher (7:1-40)

2. Pemerintahan Daud (10-29)
I. Masa Pemerintahannya (10-20)
a. Kematian Saul (10)
b. Daud diurapi menjadi Raja Israel (11:1-3)
c. Daud merebut kembali Yerusalem (11:4-9)
d. Pasukan dan tentara Daud (11:10-12:40)
A. 3 Pahlawan (11:10-14)
B. Aksi 3orang ke Bethlehem ( 11: 15-19)
C. Abisai dan Benaya (11:20-28)
D. Kepahlawanan (20-47)
E. Pasukan Daud di Ziklag (12:1-22)
e. Pemindahan Tabut dari Kirjath-jearim ke rumah Obed-edom (13:1-14)
f. Urusan Daud di Yerusalem (14)

II. Ketetapan Daud untuk Membangun Bait Suci dan Administrasi
a.Tempat Bait Suci dinyatakan pada Daud setelah Iblis membujuknya melakukan sensus (21:1-22)
b. Daud menyediakan bahan bangunan dan pekerja untuk Bait Suci (22:2-19)
c. Organisasi Keimaman (23:1-26:32)
d.Organisasi pemerintah (27:1-31)
f. Pertemuan Daud yang terakhir (28-29)
- Tuhan memilih pengganti Daud (28:1-8)
- Salomo membantu membangun Bait Suci (28:9f-20)
- Daud dan kepala Israel melengkapi pembangunan Bait Suci (29:1-30:9)
- Daud menutup perkumpulan dengan doa, berkat dan perjamuan kudus (29:10-22a)
- Salomo diurapi menjadi raja (29:22b-25)

3. Pemerintahan Salomo
a. Pengantar: Pernyataan Yahweh pada Salomo di Gibeon (II Taw 1:1-13)
b. Bangunan Bait suci (2:1-7:22)
- Tahap persiapan, negosiasi dengan Hiram (2:1-18)
- Bentuk gambaran Bait Suci (3:1-13)
-Perlengkapan Bait Suci (3:14-5:1)
-Peresmian Bait Suci (5:2-7:10)
-Jawaban Allah pada doa Salomo (7:11-22)
c. Bermacam aktivitas Salomo (8:1-9:28)
- Hiram memberi 20 kota pada Salomo (8:1f)
- Beragam bangunan Salomo (8:3-11)
- Pembukaan ibadah di Bait Suci (8:12f)
- Popularitas, hikmat, dan kekayaan Salomo (8:17-9:28)
d. Ucapan penutup (9:29-31)


4. Pemerintahan Rehabeam hingga Cyrus
a. Pemerintahan Rehabeam dan perpecahan kerajaan (10-12)
- Pemisahan Israel Utara (10:1-11:4)
- Kemakmuran Rehabeam (11:5-23)
- Dosa Rehabeam dihukum melalui invasi Shisak (12:1-12)
- Ucapan Penutup (12:13-16)
b. Pemerintahan Abia (13:1-22) dengan 400.000 orang dia mengalahkan 800.000 pasukan Yerobeam, dan membunuh 500.000 orang
c. Pemerintahan Asa (14:2-16:14) ; kemenangannya melawan Zerah dengan mengalahkan sejuta pasukan Etiopia
d. Pemerintahan Yosafat, terjadinya pengembalian hukum (17:7-9;19:4-11) dan kemenangan atas Moab dan Amon (20:1-30)
e. Pemerintahan Yehoram (21), banyak terjadi kejahatan, nubuatan ancaman dari Elia dan penghukuman.
f. Pemerintahan Ahazia (22:1-9)
g. Pemerintahan Atalia (22:10-23:21)
h. Pemerintahan Yoas (24); Pemujaan Yoas terhadap kematian imam tinggi Yoyada
i. Pemerintahan Amazia (25)
j. Pemerintahan Uzzia (26)
k. Pemerintahan Yotam (27)
l. Pemerintahan Ahaz , raja Yehuda yang paling menjijikan menurut Tawarikh (28)
m. Pemerintahan Hezekia (29-32), Penyucian Bait Suci (29:3-36), Perayaan Paskah (30)
n. Pemerintahan Manaseh (33:1-20)
o. Pemerintahan Amon (33:21-25)
p. Pemerintahan Yosia (34-35), raja yang mengadakan reformasi di Yehuda dan meneruskan penemuan Kitab-Kitab Deuteronomis
q. Pemerintahan Yoahas (36:1-4)
r. Pemerintahan Yoyakim (36:5-8)
s. Pemerintahan Yoyakin (36:9f)
t. Pemerintahan Zedekiah (36:11-21)
u. Pemerintahan Cyrus (36:22f)



B. Sejarah Israel Menurut Kitab Ezra-Nehemia
Sejarah yang terdapat dalam merupakan lanjutan dari kisah Tawarikh. Namun ada beberapa yang diulangi oleh Ezra-Nehemia. Untuk menjelaskan sejarahnya, kita juga membaginya dalam beberpa bagian, yaitu:

1. Kembalinya dari Pembuangan dan pembangunan ulang Bait Suci (Ezra 1-6)
a. Dekrit Cyrus yang mengizinkan orang Yahudi Buangan kembali dari Babilonia ke Yerusalem (1:1-4) dan kepulangan mereka atas pimpinan Sesbazar (1:5-11)
b. Daftar orang buangan yang kembali dengan Sesbazar dan Yosua (2:1-67)
c. Pembangunan uang Altar di Zion (3:1-3)
d. Permulaan bait Suci (3:7-8b) dalam tahun kedua (kenyataannya, bukan tahun 536 tapi dalam tahun kedua dari Darius I atau 520)
e. Samaria menjadi lawan untuk membangun Bait Suci setelah kerjasama mereka ditolak (4:1-5); interupsi kerja dari (4:21) dari pemerinthan Cyrus (538) hingga tahun kedua Darius I (520)
f. Tuduhan melawan penduduk Yerusalem dalam pemerintahan Xerxes I (485-4650 atau Ahasuerus (4:6), dan Artaxerxes I (465-424) yang melarang pembangunan di Yerusalem (4:12)
g. Pembangunan Bait Suci dalam pemerintahan Darius I (521-485) dari tahun 520-516(5:1-6:18).
h. Perayaan Paskah (6:19-22), meskipun tahun tidak disebutkan, kejadian ini mungkin terjadi sebelum tahun 516 SM

2. Kegiatan Ezra(7-10)
a. Keturunan Esra (7:1-5) dan perjalanan dari Babilonia ke Yerusalem tahun 458 SM (7:6-10)
b. Surat dari Artaxerxes I (465-424) member kuasa pada Ezra untuk mengambarkan harta karun Siria untuk membiayai pembangunan Bait suci (7:11-26)
c. Daftar orang pembuangan yang kembali dengan Ezra (8:1-14)
d. Tanpa penjagaan namun dibahwa lindungan mahakuasa, caravan pergi dan mencapai Yerusalem dengan selamat (8:31-36)
e. Ezra mengakui dosa bangsa dalam doanya (9:6-15) yang mengubah jemaat untuk bertobat (10:6-8)

3. Aturan Nehemia di Yudea sebagai Gubernur Persia tahun 444 dan 432 SM (Neh 1-12)
a. Nehemiah, bawahan Artaxerxes I, menginformasikan keadaan Yerusalem (Neh I:1-3)
b. Artaxerxes mengizinkan Nehemia pergi ke Yerusalem karena ia sedih (2:1-9)
c. Pemeriksaan Nehemia terhadap reruntuhan tembok Yerusalem (2:11-16)
d. Daftar pekerja untuk membangun tembok (3:1-32)
e. Sanballat dan temannya mengganggu pekerjaan tembok tersebut sehingga harus dilakukan dibawah lindungan militer (4:1-23)
f. Akibat penderitaan ekonomi, menghasikan kekurangan makanan, perampasan tanah dan perbudakan utang, yang kemudian diperbaiki Nehemia yang menjabat 12 tahun menjadi gubernur Yudea (5:1-19)
g. Kisah Sanballat, Tobiah dan Geshem melawan Nehemia ; penyempurnaan tembok Yerusalem bulan September 444, setelah 52 hari kerja (6:15)
h. Penempatan Penjaga di gerbang kota (7:1-3)
i. Diperingatkan oleh populasi kecil di Yerusalem, Nehemia memanggil Majelis umum (7:4-5)
j. Pendataan Orang buangan yang kembali dengan Zerubabel (7:5b,6-73a), yang menghasilkan sedikit perubahan dalam daftar di Ezra 2.
k. Ezra membacakan hukum Taurat didepan Jemaat (7:73b-8:12) dan hari berikutnya diadakan Pondok Daun (8:13-18)
l. Hari ke-24 bulan Tishri jemaat melakukan puasa (9:1-3) serta mengakui dosa dalam doa yang panjang (9:4-37)
m. Nehemia dan pemimpin jemaat mengikat perjanjian mengesahkan hukum (9:38-10:29); secara khusus mereka berjanji tidak akan menikahi orang asing, memelihara hari sabat, memberikan persepuluhan pada Bait Suci (10:30-39)
n. Untuk meningkatan populasi Yerusalem, 1 dari 10 orang dipilih dengan undi akan menempati Yerusalem (11:1-36)
o. Daftar Imam dan Lewi yang kembali dengan Zerubabel tahun 538 (12:1-9)
p. Pembukaan tembok Yerusalem (12:27-30) dan daftar penduduk yang berperan dalam perayaan tersebut (12:31-43)
q. Perjanjian pengumpulan persembahan pada Imam, pada waktu pembukaan tembok (12;44-47)

4. Kunjungan Nehemia ke Yerusalem untuk kedua kali tahun 432 SM (13)
a. Pengantar : Menurut hukum Deut. 23:3-7, bangsa Amon, Moan dan yang lain dikeluarkan dari Israel (13:1-3)
b. Tobiah (Pelayan Amon) telah menerima kamar di Bait Suci dari Imam tinggi Eliashib; namun setelah kembalinya Nehemia, ia dicampakkan (13:4-9)
c. Nehemia menjalankan pembayaran terhadap hak Lewi (13:10-14)
d. Nehemia menghentikan persiapan dan pengiriman hasil ladang di hari Sabbat (13:15-22)
e. Nehemia mengambil ukuran untuk pernikahan campuran (13:23-27) dan mengeluarkan cucu Eliashib yang menikahi putrid Sanballat, musuh Nehemia (13:28)
f. Penutup: Ringkasan Nehemia dalam menjalankan Hukum (13:30)

IV. Penutup
Dari bahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa kitab-kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia memiliki keterikatan yang baik secara kanonik maupun literatur. Bahasan yang lebih ditonjolkan adalah mengenai Yehuda setelah perpecahan kerajaan, kemudian terbentuknya kembali setelah zaman pembuangan, lalu pembangunan kembali kota Yerusalem dan pembangunan bait Suci serta penegakkan kembali hukum Taurat. Maka kitab ini menekankan kepada janji Allah atas umat Israel, bahwa Israel akan diperbaharui dan dijanjikan akan dipulihkan kembali melalui para pesuruhnya yaitu Ezra dan Nehemia. Demikianlah pembahasan mengenai kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia seputar penulis Khronis dan juga mengenai kisah Sejarah Israel yang dicatat dalam kitab itu.